Ditulis Oleh : Tim Redaksi MSD
Di tengah tahun 2020 ini, kita setiap hari mendengar berita peningkatan angka kejadian kasus covid-19. Pada 31 Juli, angka kasus sudah mencapai seratus enam ribu dengan angka kematian lebih dari lima ribu jiwa. Kurva terus saja meningkat meski protokol kesehatan terus diperkenalkan. Dengan begitu banyak pemberitaan, vaksin seperti menjadi salah satu angin segar yang memperi harapan untuk eradikasi covid-19 ini. Pemerintah Indonesia telah mengumumkan akan melakukan uji klinis vaksin fase akhir untuk vaksin covid-19 dari China, Sinovac, yang telah tiba di tanah air beberapa waktu lalu.
Sementara ini, hingga 28 Juli 2020 telah terdapat puluhan 25 kandidat vaksin yang sudah berada pada fase uji klinis vaksin untuk covid-19 menurut dokumentasi WHO. Berbicara tentang fase uji klinis vaksin, sudah tahukah Sahabat fase-fase apa saja yang harus dilalui sebuah kandidat vaksin untuk dapat diproduksi massal? Untuk memahami fase-fase uji klinis vaksin, sebelum itu tentunya Sahabat harus sudah mengerti bagaimana membaca dan menelaah jurnal uji klinis. Untuk lebih jauh memahami uji klinis yang baik, workshop Good Clinical Pratice juga dapat Sahabat ikuti.
Panduan tentang berbagai aspek uji klinis vaksin tersedia dari World Health Organization (WHO) dan beberapa badan lain seperti International Conference on Harmonization (ICH), European Agency for the Evaluation of Medicinal Products (EMEA), United States Food and Drug Administration (FDA), United Kingdom Medical Research Council (MRC). Penjelasan berikut diambil dari pedoman WHO yang telah banyak diadopsi di negara lain.
Fase-fase uji klinis vaksin sesuai pedoman WHO
Fase Praklinis
Penelitian dan pengembangan praklinis dilakukan di laboratorium dan menggunakan teknik in vitro atau, jika perlu, teknik in vivo pada hewan. Data penelitian praklinis dan laboratorium mencakup perincian pengembangan dan produksi vaksin bersama dengan laporan pengujian kontrol, yang harus memadai untuk membenarkan penelitian klinis selanjutnya pada manusia.
Uji Klinis Vaksin Fase I
Dalam uji klinis vaksin fase I, pengujian awal vaksin dilakukan dalam sejumlah kecil (misalnya 20) orang dewasa yang sehat, untuk menguji sifat-sifat dan tolerabilitas vaksin.
Uji klinis vaksin fase I dilakukan untuk menentukan keamanan yang dapat diterima dan reaktivitas dari kandidat vaksin serta informasi awal tentang imunogenisitasnya. Dosis dan metode pemberian juga harus dinilai sehubungan dengan parameter-parameter tersebut.
Semua uji klinis vaksin fase I harus dipantau dan dilakukan dengan sangat hati-hati di lingkungan penelitian dengan dukungan laboratorium yang memadai. Uji klinis ini biasanya adalah penelitian label terbuka (open-label) dan tidak dirandom dengan kelompok kontrol plasebo. Bila memungkinkan, penggunaan vaksin atau agen terapi lain secara bersamaan harus dihindari untuk mengoptimalkan evaluasi keamanan. Uji klinis vaksin fase I dapat dilakukan pada kelompok umur atau populasi yang berbeda karena perbedaan dalam, misalnya, dosis, keamanan, jadwal vaksin, rute pemberian, atau risiko penyakit. Bila perlu, pengujian laboratorium (mis. pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati) harus dilakukan untuk membuat basis data dasar.
Uji Klinis Vaksin Fase II
Perbedaan utama antara uji klinis vaksin fase I dan fase II adalah bahwa uji klinis vaksin fase II melibatkan lebih banyak subjek, dan seringkali dilakukan secara random dan terkontrol dengan baik. Namun, ukuran luarannya seringkali sama. Uji klinis vaksin Fase II dimaksudkan untuk menunjukkan imunogenisitas komponen aktif yang relevan dan profil keamanan kandidat dalam populasi target.
Uji klinis vaksin fase II melibatkan lebih banyak subjek dan harus menentukan dosis optimal, jadwal, dan profil keamanan kandidat vaksin sebelum uji klinis dapat dilanjutkan ke uji klinis vaksin fase III. Uji klinis vaksin fase II mengevaluasi berbagai variabel yang terkait dengan respon imun host seperti usia, etnis, jenis kelamin, adanya antibodi maternal atau antibodi yang sudah ada sebelumnya. Faktor-faktor lain yang akan dievaluasi pengaruhnya terhadap respons imun meliputi: 1) dosis vaksin, 2) urutan atau interval antara dosis vaksin; 3) jumlah dosis vaksin, dan 4) rute pemberian vaksin. Durasi imunitas, potensi kebutuhan untuk imunisasi booster dan aspek kualitatif dari respon imun juga dapat diteliti.
Uji Klinis Vaksin Fase III
Uji klinis vaksin fase III adalah uji klinis skala besar yang dirancang untuk memberikan data tentang efikasi dan keamanan vaksin. Uji klinis ini biasanya dilakukan dalam populasi besar untuk mengevaluasi efikasi dan keamanan formulasi komponen aktif secara imunologis. Dalam uji coba efikasi berskala besar ini, yang dapat mendaftarkan ribuan subjek, data serologis biasanya dikumpulkan dari setidaknya sebagian dari populasi yang diimunisasi pada interval yang telah ditentukan dan dari setiap orang yang dapat diklasifikasikan sebagai kegagalan vaksin.
Jenis vaksin dan faktor-faktor lain yang relevan (insiden penyakit, nilai penanda imunologis, dan keamanan) akan menentukan lamanya masa follow-up. Uji klinis vaksin fase III adalah uji klinis penting yang menjadi dasar perizinan dan data yang cukup harus diperoleh untuk menunjukkan bahwa produk baru tersebut aman dan efektif untuk tujuan yang dimaksudkan.
Demikian penjelasan mengenai fase-fase uji klinis vaksin. Semoga bermanfaat. Setelah membacanya, apakah Sahabat tertarik untuk terlibat dalam uji klinis vaksin?