Ditulis oleh : Tim Redaksi MSD

Ilustrasi penyebab dan gejala penyakit autoimun.(iStockphoto/monstArrr_)
Sumber : www.kompas.com
Penyakit autoimun adalah penyakit yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat dalam tubuh. Penyakit ini tidak menular dan dapat menyerang semua usia dan jenis kelamin. Autoimunitas ditandai dengan reaksi sel (limfosit T autoreaktif) atau produk (autoantibodi) dari sistem imun terhadap antigen organisme itu sendiri (autoantigen). Ini mungkin merupakan bagian dari respons imun fisiologis (autoimunitas alami) atau yang disebabkan oleh patologis, yang pada akhirnya dapat menyebabkan perkembangan kelainan klinis (penyakit autoimun).
Banyak penyakit autoimun yang berbeda dapat terjadi, tetapi semuanya ditandai dengan respons imun yang tidak tepat atau berlebihan terhadap autoantigen, yang menyebabkan peradangan kronis, kerusakan jaringan, dan/atau disfungsi.
Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh dari serangan patogen seperti virus dan bakteri, malah menyerang sel-sel tubuh yang sehat. Hal ini bisa menyebabkan berbagai macam gangguan tergantung pada organ atau jaringan yang diserang.
Manusia setiap hari menghadapi resiko kematian. Bisa terkena kanker, penyakit karena bakteri, atau terinfeksi virus mematikan. Dan setiap hari pula, nyawa kita terselamatkan. Siapa yang bekerja menghancurkan sel yang bermutasi, menghilangkan spora jamur, menghadapi bakteri jahat, dan virus yang masuk ke dalam tubuh? itu semua adalah pekerjaan sistem kekebalan tubuh kita dengan sel-sel kecilnya yang banyak. Ada pembagian tugas ahli yang mendeteksi benda asing, pembunuh bayaran, pembuat topi dan mediator. Sistem kekebalan tubuh kita jika bekerja normal akan menjadi tim yang tangguh.
Akan tetapi tidak selamanya sistem kekebalan tubuh bekerja normal. Dan saat terjadi situasi abnormal, sistem kekebalan tubuh justru menyerang sel-sel yang sehat. Berikut adalah beberapa jenis penyakit autoimun beserta penyebab umumnya:
- Rheumatoid Arthritis (RA)
- Deskripsi: Sistem kekebalan menyerang sendi, menyebabkan peradangan, nyeri, dan kerusakan jaringan.
- Gejala: Nyeri, bengkak, kekakuan di sendi, terutama di pagi hari.
- Penyebab: Kombinasi faktor genetik dan pemicu lingkungan seperti infeksi.
- Lupus Eritematosus Sistemik (SLE)
- Deskripsi: Menyerang berbagai bagian tubuh, termasuk kulit, sendi, ginjal, dan organ lainnya.
- Gejala: Ruam kulit, nyeri sendi, kelelahan, dan masalah ginjal.
- Penyebab: Faktor genetik, paparan sinar matahari, atau infeksi tertentu.
- Penyakit Celiac
- Deskripsi: Respons imun abnormal terhadap gluten (protein dalam gandum).
- Gejala: Diare, kembung, penurunan berat badan, dan kekurangan gizi.
- Penyebab: Faktor genetik dan konsumsi gluten.
- Psoriasis
- Deskripsi: Sistem kekebalan mempercepat siklus regenerasi sel kulit, menyebabkan penumpukan kulit.
- Gejala: Plak merah dengan sisik putih atau perak, gatal, atau nyeri.
- Penyebab: Genetik dan pemicu seperti stres, infeksi, atau luka.
- Diabetes Mellitus Tipe 1
- Deskripsi: Sistem kekebalan menyerang sel beta di pankreas yang memproduksi insulin.
- Gejala: Sering buang air kecil, rasa haus berlebihan, dan penurunan berat badan.
- Penyebab: Faktor genetik dan pemicu lingkungan, seperti infeksi virus.
- Tiroiditis Hashimoto
- Deskripsi: Kekebalan menyerang kelenjar tiroid, menyebabkan hipotiroidisme (tiroid kurang aktif).
- Gejala: Kelelahan, kenaikan berat badan, rambut rontok, dan intoleransi dingin.
- Penyebab: Genetik, tingkat yodium tinggi atau rendah, dan infeksi.
- Multiple Sclerosis (MS)
- Deskripsi: Sistem kekebalan menyerang myelin (lapisan pelindung saraf di otak dan tulang belakang).
- Gejala: Kelemahan otot, masalah koordinasi, penglihatan kabur, atau kebas.
- Penyebab: Kombinasi genetik dan faktor lingkungan seperti infeksi virus.
- Sindrom Guillain-Barré
- Deskripsi: Kekebalan menyerang sistem saraf perifer, menyebabkan kelemahan otot hingga kelumpuhan.
- Gejala: Kelemahan kaki yang merambat ke atas.
- Penyebab: Seringkali didahului oleh infeksi bakteri atau virus.
- Anemia Pernisiosa
- Deskripsi: Kekebalan menyerang sel di lambung yang membantu penyerapan vitamin B12.
- Gejala: Kelelahan, sesak napas, kulit pucat, dan masalah neurologis.
- Penyebab: Faktor genetik dan autoimunitas.
- Penyakit Addison
- Deskripsi: Kekebalan menyerang kelenjar adrenal, menyebabkan defisiensi hormon kortisol dan aldosteron.
- Gejala: Kelelahan, tekanan darah rendah, dan kulit menggelap.
- Penyebab: Faktor genetik atau infeksi.
Gejala Penyakit Autoimun
Penyakit autoimun tidak terjadi secara tiba-tiba. Ia mengalami fase gejala-gejala pendahuluan. Berikut ini beberapa gejala penyakit autoimun antara lain :
- Nyeri sendi, seperti di lutut, pergelangan tangan, punggung tangan, dan buku-buku jari
- Nyeri di seluruh tubuh yang terasa seperti ngilu dan ditusuk-tusuk
- Demam ringan
- Rambut rontok
- Sering sariawan
- Kesemutan di tangan atau kaki
- Ruam pada kulit
- Kelelahan yang berlebihan dan berkepanjangan
Penyebab Umum Autoimun
Berikut ini beberapa penyebab umum penyakit autoimun :
- Faktor Genetik
Beberapa orang memiliki kecenderungan genetik yang membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit autoimun tertentu. - Faktor Lingkungan
Infeksi virus atau bakteri, paparan bahan kimia, atau gaya hidup tertentu. - Hormon
Sebagian besar penyakit autoimun lebih sering terjadi pada wanita, yang mungkin terkait dengan hormon seperti estrogen. - Stres
Stres fisik atau emosional dapat memicu atau memperburuk penyakit autoimun. - Infeksi
Infeksi tertentu dapat “mengacaukan” sistem imun sehingga menyerang jaringan tubuh sendiri.
Pencegahan Penyakit Autoimun
Penyakit autoimun tidak selalu dapat dicegah, karena sebagian besar penyakit autoimun berkaitan dengan faktor genetik. Namun ada beberapa upaya yang dapat menurunkan risiko penyakit autoimun, yaitu:
- Berolahraga secara teratur
- Dilarang merokok
- Pertahankan berat badan ideal
- Gunakan alat pelindung diri saat bekerja, untuk menghindari paparan bahan kimia
- Cuci tangan secara teratur untuk menghindari infeksi virus dan bakteri
Sebagian besar sistem kekebalan tubuh kita (sekitar 80 %) terletak di usus. Penyintas autoimun perlu berhati-hati dengan pola makan karena beberapa makanan dapat memicu peradangan atau memperburuk gejala. Berikut adalah daftar makanan yang umumnya perlu dihindari oleh penyintas autoimun:
- Makanan Olahan dan Cepat Saji
- Mengandung bahan kimia, pengawet, dan lemak trans yang dapat memicu peradangan.
- Contoh: keripik, makanan kaleng, fast food.
- Gula Tambahan dan Pemanis Buatan
- Gula dapat memicu peradangan sistemik dan memperburuk gejala autoimun.
- Contoh: permen, kue manis, soda, minuman berpemanis.
- Gluten
- Pada beberapa orang dengan autoimun, terutama celiac disease atau sensitivitas gluten non-celiac, gluten dapat memicu reaksi.
- Contoh: gandum, roti, pasta, dan produk berbasis terigu.
- Produk Susu
- Susu dan produk turunannya dapat memicu inflamasi pada beberapa penyintas autoimun, terutama yang intoleran laktosa atau memiliki sensitivitas terhadap kasein.
- Contoh: susu sapi, keju, yoghurt.
- Minyak Nabati Olahan
- Minyak ini tinggi omega-6 yang dapat meningkatkan peradangan jika dikonsumsi berlebihan.
- Contoh: minyak jagung, minyak kedelai, minyak bunga matahari.
- Makanan Tinggi Lemak Jenuh
- Lemak jenuh dapat memicu peradangan pada tubuh.
- Contoh: daging merah berlemak, makanan goreng, margarin.
- Kacang-kacangan dan Polong-polongan
- Beberapa orang dengan autoimun sensitif terhadap lektin atau asam fitat dalam kacang-kacangan.
- Contoh: kacang tanah, kacang kedelai, lentil.
- Makanan yang Mengandung Solanin
- Solanin adalah senyawa dalam kelompok nightshade yang dapat memicu peradangan pada beberapa orang dengan autoimun. Disebut nightshade karena cenderung tumbuh di tempat gelap atau berbunga di malam hari
- Contoh: tomat, terong, paprika, kentang.
- Alkohol
- Alkohol dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan peradangan.
- Kafein Berlebih
- Konsumsi kafein dalam jumlah besar dapat memperburuk stres pada tubuh, yang dapat memicu gejala autoimun.
Diagnosis Penyakit Autoimun
Untuk mendiagnosis penyakit autoimun, dokter akan menanyakan pertanyaan seputar gejala dan riwayat kesehatan pasien, serta riwayat penyakit pada keluarga pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
Setiap penyakit autoimun memiliki ciri khasnya masing-masing, namun gejala yang muncul bisa saja sama. Oleh karena itu, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan penunjang berikut untuk memastikan diagnosisnya:
- Tes ANA ( antinuclear antibodi ), untuk mengetahui aktivitas antibodi yang menyerang tubuh
- Tes autoantibodi, untuk mendeteksi ciri-ciri antibodi dalam tubuh
- Tes darah lengkap, untuk menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih
- Tes protein C-Reaktif , untuk mendeteksi peradangan pada tubuh
- Tes sedimentasi eritrosit, untuk mengetahui tingkat keparahan peradangan yang terjadi pada tubuh
Bagi Sahabat yang tertarik melakukan penelitian seputar autoimun, bisa membaca buku Metode MSD Pintu Gerbang Memahami Epidemiologi, Biostatistik, dan Metode Penelitian by M Sopiyudin Dahlan MSD sebagai acuan dalam metode penelitian.
Referensi :
- Enders, Giulia, Penerjemah Syifa Fauziah, (2024), Usus Yang Menakjubkan, Bandung : Penerbit Bentang Pustaka
- https://www.niehs.nih.gov/health/topics/conditions/autoimmune
- https://www.who.int/publications/i/item/9241572361
- https://lifestyle.bisnis.com/read/20240422/106/1759308/inilah-makanan-dan-minuman-yang-memicu-terjadinya-penyakit-autoimun
- https://www.alodokter.com/penyakit-autoimun