FAKTA MENTAL HEALTH YANG KAMU PERLU KETAHUI

Ditulis Oleh : Tim Redaksi MSD

Rania Awaad, Profesor Klinis Psikiatri di Fakultas Kedokteran Universitas Stanford dan Direktur Stanford Muslim Mental Health & Islamic Psychology Lab. Foto : Anadolu Agency Photo 
Sumber : www.dailysabah.com

Peristiwa pembunuhan seorang remaja pada ayahnya dan neneknya serta melukai ibunya di Lebak Bulus, Jakarta Selatan pada tanggal 30 November 2024 menyadarkan kita arti pentingnya mental health. Seorang remaja dari keluarga menengah dengan pendidikan yang baik dan ekonomi yang mapan, bisa melakukan tindakan di luar nalar. 

Begitu juga aksi kriminalitas klitih di Yogyakarta yang melibatkan para remaja dengan korban acak, siapa saja yang mereka temui di jalan raya di malam hari. Kenakalan remaja yang sudah level tindak pidana kriminalitas berat. 

Belum lagi tingginya angka bunuh diri di kalangan remaja. Berdasarkan data WHO tahun 2015, kematian nomor dua tertinggi akibat bunuh diri adalah pada kelompok umur 15 –  29 tahun. 

Menurut data WHO hampir 1.000.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat bunuh diri. Ini berarti kurang lebih setiap 40 detik jatuh korban bunuh diri. Di Indonesia angka bunuh diri mencapai 1,6 hingga 1,8 per 100.000 jiwa. Tentu jika tidak ada upaya bersama pencegahan bunuh diri, angka tersebut tumbuh dari tahun ke tahun.

Mental health sering dipandang sebelah mata. Berikut beberapa fakta tentang mental health yang perlu kamu ketahui : 

1. Psikologi modern punya akar sejarah dengan dunia Islam di abad ke-9

Pada abad ke-9, seorang cendekiawan Muslim bernama Abu Zayd Al-Balkhi, berpendapat dalam kitabnya Mashalihul Abdan Wal Anfus, bahwa manusia terdiri dari tubuh dan jiwa, dan bahwa kita dapat menghadapi kesehatan dan penyakit melalui keduanya. Sama seperti tubuh kita mengalami demam, sakit kepala, dan nyeri, pikiran kita dapat mengalami gejala psikologis seperti kemarahan, kesedihan, ketakutan, dan kepanikan. Al-Balkhi menyatakan bahwa penyakit mental adalah penderitaan yang harus diobati, bukan dosa yang harus dihukum atau dipermalukan. Gangguan Obsesif Kompulsif atau OCD sudah ditemukan oleh Al Balkhi Islam sejak 1,000 tahun lalu di mana dalam bidang psikologi modern ia mirip Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM).

Hal ini terungkap dalam riset yang dilakukan Rania Awaad dan timnya saat menemukan fakta historis bahwa praktek psikiatri modern sudah terjadi di dunia Islam sejak abad 9 Masehi di institusi bernama Bimaristan pada daulah Abbasiyah di Baghdad. Temuan sejenis juga ada di Turki pada institusi yang bernama Darus Syifa’.

2. Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.

Kesehatan mental memengaruhi cara kita berpikir, merasa, dan berperilaku sehari-hari. Ketidakseimbangan mental dapat memengaruhi kesehatan fisik, dan sebaliknya. Kesehatan mental perlu dijaga agar manusia tetap sejahtera dan mampu produktif dalam hidupnya.

3. Gangguan mental dapat dialami siapa saja.

Tidak peduli usia, jenis kelamin, latar belakang budaya, atau status ekonomi, semua orang bisa mengalami gangguan mental. Tidak ada yang kebal terhadapnya. Gejala penyakit ini bahkan terkadang bisa terlihat sejak anak-anak. Deteksi dini dan penanganan segera bisa membantu menjaga kesehatan mental anak tetap baik dan tidak mengganggu proses tumbuh kembang. Tidak ada satu orangpun yang bisa memilih untuk mengidap penyakit ini atau tidak. Ada banyak jenis gangguan mental yang bisa terjadi dan hal ini bisa memengaruhi siapa saja. 

4. Banyak gangguan mental yang dapat diobati.

Dengan kombinasi terapi, pengobatan, dan perubahan gaya hidup, banyak orang dengan gangguan mental dapat pulih atau hidup dengan kualitas hidup yang baik.  Penyakit mental sama dengan penyakit fisik lain, Sama-sama bisa ditangani bahkan bisa disembuhkan. Pengobatan dan perawatan yang rutin dilakukan bisa membantu meringankan gejala gangguan mental. 

5. Gangguan mental tidak menunjukkan kelemahan karakter.

Gangguan mental bukanlah akibat dari kemalasan, kurangnya motivasi, atau kelemahan pribadi. Ini sering disebabkan oleh kombinasi faktor biologis, psikologis, dan lingkungan. Kondisi kesehatan mental tidak ada hubungannya dengan kelemahan atau kurangnya kemauan. Kondisi ini bukanlah kondisi yang dapat dipilih atau tidak dimiliki oleh seseorang. Faktanya, mengenali kebutuhan untuk menerima bantuan untuk kondisi kesehatan mental membutuhkan kekuatan dan keberanian yang besar. Siapa pun dapat mengalami kondisi kesehatan mental.

6. Stigma terhadap kesehatan mental masih menjadi masalah besar.

Stigma dan diskriminasi dapat menghalangi seseorang mencari bantuan. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang kesehatan mental dapat mengurangi stigma ini. Banyak orang yang butuh bantuan profesional, tetapi memilih menyembunyikan masalah mental karena stigma keliru yang berkembang di masyarakat.

7. Pola hidup sehat berkontribusi pada kesehatan mental.

Olahraga, tidur cukup, makan makanan bergizi, dan menjaga hubungan sosial yang baik dapat membantu menjaga kesehatan mental. Banyak faktor yang dapat melindungi orang dari berkembangnya kondisi kesehatan mental, termasuk memperkuat keterampilan sosial dan emosional, mencari bantuan dan dukungan sejak dini, mengembangkan hubungan keluarga yang suportif, penuh kasih, dan hangat, serta memiliki lingkungan sekolah yang positif dan pola tidur yang sehat.

Kemampuan untuk mengatasi kesulitan bergantung pada kombinasi faktor perlindungan, dan baik stresor lingkungan maupun individu saja tidak akan selalu mengakibatkan masalah kesehatan mental. Anak-anak dan remaja yang berhasil menghadapi kesulitan biasanya memiliki ketahanan biologis serta hubungan yang kuat dan mendukung dengan keluarga, teman, dan orang dewasa di sekitar mereka, sehingga menghasilkan kombinasi faktor perlindungan untuk mendukung kesejahteraan.

8. Gangguan mental dapat memengaruhi hubungan dan produktivitas.

Masalah kesehatan mental yang tidak diatasi dapat mengganggu pekerjaan, hubungan pribadi, dan kemampuan seseorang untuk menikmati hidup. Meminta bantuan kepada profesional bisa membantu seseorang mengatasi gangguan mental yang ia alami.

9. Anak-anak dan remaja juga rentan terhadap gangguan mental.

Tekanan akademis, bullying, masalah keluarga, dan media sosial dapat menjadi faktor risiko kesehatan mental pada kelompok usia muda. Remaja sering mengalami perubahan suasana hati, tetapi itu tidak berarti bahwa remaja tidak mungkin juga berjuang dengan kesehatan mental mereka. Empat belas persen remaja di dunia mengalami masalah kesehatan mental. 

10. Dukungan sosial adalah kunci pemulihan.

Hubungan yang kuat dengan keluarga, teman, atau komunitas dapat memberikan dukungan emosional yang penting bagi seseorang yang sedang menghadapi gangguan mental.

11. Mengetahui tanda-tanda peringatan adalah langkah awal penting.

Gejala seperti perubahan suasana hati ekstrem, menarik diri dari kehidupan sosial, kehilangan minat, atau pikiran untuk menyakiti diri sendiri adalah tanda yang memerlukan perhatian segera. Setiap orang dapat memperoleh manfaat dari mengambil langkah-langkah aktif untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan mental mereka. Demikian pula, setiap orang dapat mengambil langkah-langkah aktif dan terlibat dalam kebiasaan sehat untuk mengoptimalkan kesehatan fisik mereka.

12. Penyakit mental bukan tanda lemahnya iman

Sebagian masyarakat percaya bahwa orang yang berjuang melawan penyakit mental memiliki iman yang lemah atau tidak memiliki cukup kepercayaan kepada Tuhan. Namun, orang dapat mengalami penyakit mental karena alasan biologis, seperti genetika atau ketidakseimbangan zat kimia dalam otak. Bagi yang lain, penyakit mental dapat menjadi respons terhadap trauma atau pengalaman lain yang sulit mereka atasi. Dan bagi banyak orang, penyakit mental dapat disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor ini.

13. Pola asuh yang buruk bukan faktor tunggal menyebabkan kondisi mental pada remaja.

Pola asuh bukan penyebab tunggal gangguan mental. Faktor lain seperti kemiskinan, pengangguran, dan paparan kekerasan, migrasi, serta keadaan dan peristiwa buruk lainnya, dapat memengaruhi kesejahteraan dan kesehatan mental remaja, pengasuh mereka, dan hubungan di antara mereka. Remaja dari rumah yang penuh kasih sayang dan mendukung dapat mengalami kesulitan kesehatan mental, seperti halnya remaja dari rumah yang mungkin memiliki pengasuh yang membutuhkan dukungan untuk mempertahankan lingkungan yang optimal bagi perkembangan remaja yang sehat. Dengan dukungan, pengasuh dapat memainkan peran penting dalam membantu remaja mengatasi masalah apa pun yang mereka alami.

Mengenal beberapa Gangguan Mental

Sebagai wawasan dasar terkait mental health, kita perlu mengenal beberapa gangguan mental yang ada berikut ini :

1. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorders)

Anxiety adalah gangguan mental yang menyebabkan rasa cemas dan takut yang berlebihan dan berlangsung dalam jangka waktu yang panjang. Gangguan ini dapat membuat penderitanya tidak semangat untuk melakukan kegiatan sehari-hari, termasuk hobi yang biasa digemari. Bentuk anxiety bisa berupa : Generalized Anxiety Disorder (GAD), Panic Disorder, Phobias dan Social Anxiety Disorder.

2. Gangguan Depresi (Depressive Disorders)

Depresi adalah gangguan kesehatan mental yang menyebabkan perubahan mood yang berkepanjangan dan memengaruhi cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku seseorang. Gejala depresi meliputi: Perasaan sedih yang mendalam, Kehilangan minat dan kegembiraan, Perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan, Kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari.

3. Gangguan Bipolar (Bipolar Disorder)

Bipolar adalah gangguan jiwa kronis yang ditandai dengan perubahan suasana hati, energi, dan aktivitas yang drastis. Penderita gangguan bipolar dapat mengalami episode manik atau hipomanik, yaitu periode kegembiraan yang berlebihan, diikuti oleh episode depresi, yaitu periode kesedihan yang mendalam.

4. Gangguan Obsesif-Kompulsif (Obsessive-Compulsive Disorder, OCD)

OCD adalah gangguan mental yang ditandai dengan pikiran obsesif dan perilaku kompulsif yang berulang. OCD dapat mengganggu kehidupan sehari-hari, seperti fungsi sosial dan pekerjaan. Contoh perilaku kompulsif misalnya mencuci tangan hingga berulang kali setelah melakukan kontak langsung terhadap sesuatu yang menurutnya tidak bersih. 

5. Gangguan Stres Pascatrauma (Post-Traumatic Stress Disorder, PTSD)

PTSD Berhubungan dengan pengalaman trauma yang mendalam. Peristiwa traumatis tersebut bisa berupa bencana alam, kecelakaan, terorisme, perang, pelecehan seksual, kekerasan, dan sejenisnya

6. Gangguan Makan (Eating Disorders)

Gangguan makan adalah kondisi kejiwaan akibat pola makan yang tidak teratur. Adapun, data yang didapat berupa gangguan anoreksia dan bulimia nervosa. Anoreksia nervosa adalah kelainan penurunan berat badan yang disengaja dan berhubungan dengan kekurangan gizi parah. Sementara, bulimia nervosa adalah gangguan perilaku makan berlebihan yang berulang-ulang; menyibukkan diri dengan mengendalikan berat badan; dan mengadopsi langkah-langkah ekstrem untuk mengurangi dampak makan berlebih.

7. Gangguan Psikotik (Psychotic Disorders)

Di antara contoh gangguan psikotik adalah skizofrenia yaitu gangguan mental kronis yang menyebabkan penderitanya mengalami gangguan proses berpikir. Pengidap skizofrenia tidak bisa membedakan mana yang kenyataan dan mana yang khayalan.

8. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (Attention Deficit Hyperactivity Disorder, ADHD)

ADHD adalah gangguan mental yang menyebabkan anak sulit memusatkan perhatian, serta memiliki perilaku impulsif dan hiperaktif. ADHD umumnya muncul pada anak usia di bawah 12 tahun. Namun, pada banyak kasus, gejala ADHD sudah dapat terlihat sejak anak berusia 3 tahun. ADHD yang terjadi pada anak-anak dapat terbawa hingga dewasa.

9. Gangguan Kepribadian (Personality Disorders)

Di antara bentuk gangguan kepribadian adalah narcissistic personality disorder  (NPD) yaitu gangguan mental yang menyebabkan pengidapnya merasa lebih penting dari orang lain dan membutuhkan perhatian dan kekaguman yang berlebihan. 

Beberapa gejala NPD yang sering muncul adalah: sulit menerima kritik, Mudah tersinggung dan marah, tidak sabaran, bersikap superior, kesulitan mengatur perasaan, depresi dan murung saat tidak mendapatkan apa yang diinginkan, kesulitan mengelola stres, menyembunyikan perasaan insecure dan malu serta empati yang rendah terhadap orang lain 

NPD bisa disebabkan oleh pola asuh yang tidak sesuai selama masa perkembangan anak, seperti: pujian berlebihan dan tidak realistis dari orang tua, kurangnya kritik yang konstruktif atau batas yang jelas, pengabaian emosional atau fisik, ekspektasi yang terlalu tinggi dan tidak realistis dari orang tua, manipulasi emosional oleh orang tua. Diagnosa NPD dilakukan oleh profesional, dan tidak bisa melakukan self diagnosa. 

10. Gangguan Somatisasi (Somatic Symptom and Related Disorders)

Gangguan somatisasi adalah kondisi kronis yang terdiri dari berbagai keluhan tubuh yang tidak dapat dijelaskan secara medis yang telah diobati dalam jangka waktu yang lama.

11. Gangguan Tidur (Sleep Disorders)

Gangguan tidur adalah kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan untuk tidur dengan kualitas dan kuantitas yang kurang. Gangguan tidur dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental, kinerja kerja, hubungan interpersonal, dan keselamatan. 

Beberapa jenis gangguan tidur, di antaranya adalah insomnia, yaitu gangguan tidur yang menyebabkan seseorang kesulitan untuk tidur, terbangun di tengah malam, dan tidak dapat tidur kembali. Insomnia dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu insomnia akut dan insomnia kronis. Gangguan tidur lainnya adalah sleep terror (teror tidur), yaitu gangguan tidur yang lebih sering terjadi pada anak-anak, terutama yang berusia 4–8 tahun. Penderita teror tidur dapat tampak ketakutan hingga berteriak ketika tidur.

Kesehatan mental adalah bagian penting dari kesejahteraan kita. Dengan pemahaman yang lebih baik, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih mendukung dan inklusif. Jika Sahabat tertarik melakukan penelitian terkait mental health, bisa mulai mempelajari buku metodologi penelitian Metode MSD Pintu Gerbang Memahami Epidemiologi, Biostatistik, dan Metode Penelitian by M Sopiyudin Dahlan MSD    

Daftar Pustaka :

  • https://www.unicef.org/parenting/health/busted-7-myths-about-mental-health
  • https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/mental-disorders/?gad_source=1&gclid=Cj0KCQiAgdC6BhCgARIsAPWNWH2mFgdi5RWK4bz1or_itN4O8M5Gk10kWemHNzWjIP9dGlh-Xgu0–UaAh1CEALw_wcB 
  • https://profiles.stanford.edu/Rania_Awaad 
  • https://www.klikdokter.com/psikologi/kesehatan-mental/mitos-dan-fakta-tentang-kesehatan-mental?srsltid=AfmBOoqSvEJO_jrbPv-6Khl6xu67QRDKLOj67yivVzujc2bDnktdxD2D
  • https://www.halodoc.com/artikel/inilah-mitos-seputar-kesehatan-mental-yang-perlu-diketahui?srsltid=AfmBOorWI9a6uIbRFDh16m2cBTMEfJodrKNQfmmJE8ApP6LC7Gb0qgEV
  • https://rs-amino.jatengprov.go.id/bunuh-diri-di-kalangan-remaja-dan-pencegahannya/
  • https://www.alodokter.com/kesehatan-mental
  • https://www.tempo.co/hukum/pembunuhan-orang-tua-lebak-bulus-1178532
  • https://www.halodoc.com/artikel/mengenal-klitih-kenakalan-remaja-yogyakarta-yang-kian-meresahkan