Ditulis Oleh : Tim Redaksi MSD
Pada umumnya, setiap penelitian yang melibatkan manusia memiliki jumlah sampel tertentu yang harus dipenuhi peneliti. Untuk mengetahui berapa jumlah sampel yang harus dipenuhi peneliti, peneliti menggunakan rumus besar sampel yang sesuai dengan penelitiannya. Agar bisa menentukan rumus besar sampel yang akan digunakan, peneliti tentunya harus mengetahui dasar dalam pemilihan rumus besar sampel.
Penentuan rumus besar sampel menjadi tantangan sendiri untuk peneliti. Banyak peneliti yang merasa kesulitan dalam menentukan rumus besar sampel, salah satu penyebabnya ialah rumus besar sampel yang bermacam-macam membuat banyak peneliti kebingungan dalam memilih rumus besar sampelnya. Penyebabnya lainnya ialah peneliti tidak mengetahui diagnostik statistik penelitiannya. Untuk mengetahui rumus sampel apa yang sebaiknya digunakan, tentunya kita harus mengikuti langkah-langkah mendapatkan besar sampel pada penelitian
Langkah 1 : Menentukan Diagnostik Statistik
Dalam buku “Pintu Gerbang Memahami Epidemiologi, Biostatistik, dan Metode Penelitian (Metode MSD)” karya dr. M. Sopiyudin Dahlan, M.Epid sudah menjelaskan panjang lebar mengenai apa diagnostik statistik itu, dan bagaimana cara kita mendapatkan diagnostik statistik tersebut. Sama halnya dengan diagnosis penyakit yang memerlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang sebelum menentukan diagnosisnya. Statistik juga memiliki tahap-tahap tertentu untuk menentukan diagnosisnya. Untuk langkah awal dalam memahami diagnostik statistik, sahabat bisa menyimak video ini mengenai terminologi yang harus kita ketahui, untuk memahami 42 diagnostik statistik
Langkah 2 : Memilih Rumus Besar Sampel yang Tepat
Setelah menentukan diagnostik statistik dari penelitian kita, selanjutnya kita akan mudah memilih rumus besar sampel yang akan digunakan. Uraian panjang lebar mengenai penggunaan rumus besar sampel secara benar telah diuraikan pada buku Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel untuk Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Pada buku ini, pembahasan mengenai rumus besar sampel akan dibatasi pada beberapa prinsip umum serta contoh sederhana penggunaan rumus.
Langkah 3 : Menggunakan Rumus Besar Sampel tersebut dengan Benar
Setelah mengetahui rumus besar sampel apa yang akan kita gunakan, kita juga harus tahu komponen-komponen dalam rumus tersebut, agar kita tidak salah dalam memasukkan angka-angka dalam rumus tersebut, dan akhirnya kita bisa mendapatkan besar sampel yang sesuai untuk penelitian kita. Salah satu contohnya ialah, jika diagnostik statistik kita Deskriptif numerik, menggunakan rumus.
Pasti dari sahabat, ada yang bertanya-tanya Zα itu apa? Cara menentukannya bagaimana? Nah tentunya kita memerlukan pemahaman terlebih dahulu mengenai komponen-komponen dalam rumus besar sampel sebelum kita menggunakannya. Zα itu sendiri ialah kesalahan tipe I, nilai Zα yang paling sering digunakan ialah 5%, S adalah simpang baku yang berasal dari kepustakaan dan d ialah presisi yang ditentukan oleh peneliti, dan n adalah jumlah sampel
Langkah 4 : Menggunakan Kalkulator Besar Sampel
Setelah mengetahui komponen-komponen dari rumus besar sampel, kita akan mengetahui angka-angka yang akan dimasukkan dalam rumus tersebut. Namun tentunya tidak semua rumus besar sampel akan semudah rumus besar sampel pada deskriptif numerik, terdapat rumus besar sampel yang lumayan rumit, dan sangat menyita waktu jika kita menghitungnya dengan manual. Tentu sebagai peneliti kita harus menerapkan prinsip efisien dan efektif dalam melakukan penelitian. Dengan menggunakan kalkulator MSD kita bisa bekerja dengan efisien dan efektif dalam menghitung besar sampel. Sahabat juga bisa melihat demo penggunaan kalkulator MSD di sini, penggunaannya hanya kurang dari 1 menit, sudah bisa mendapatkan besar sampel yang tepat
Setelah membaca artikel di atas, semoga Sahabat mendapat pencerahan tentang memilih rumus besar sampel dan menghitung besar sampel. Bila masih bingung dan merasa perlu berkonsultasi, jangan ragu hubungi Epidemiologi Indonesia untuk mendapatkan layanan konsultasi terbaik.