MENTAL HEALTH DAN RESILIENSI REMAJA MENGHADAPI STRES

Ditulis oleh : Tim Redaksi MSD

Ilustrasi remaja menghadapi stres (freepik).
Sumber : www.kompas.com

Mental health dan resiliensi adalah dua kata yang penting untuk kita kaji saat ini. Kasus pembunuhan remaja pada ayah dan neneknya serta melukai ibunya pada tanggal 30 November 2024 di Lebak bulus, Jakarta masih menyisakan banyak pertanyaan untuk diteliti. Kesehatan mental merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan remaja yang sering kali kurang mendapatkan perhatian. Masa remaja adalah periode transisi yang penuh tantangan, di mana individu menghadapi berbagai perubahan fisik, emosional, dan sosial. Pada fase ini, stres dapat muncul dari berbagai sumber, seperti tekanan akademik, tuntutan sosial, konflik keluarga, dan perubahan hormonal. Tanpa penanganan yang tepat, stres pada remaja dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental, seperti memicu kecemasan, depresi, hingga gangguan perilaku.

Namun, tidak semua remaja merespons stres dengan cara yang sama. Resiliensi, atau kemampuan untuk bertahan dan bangkit dari tekanan, menjadi kunci dalam menghadapi situasi sulit. Remaja dengan tingkat resiliensi yang tinggi cenderung lebih mampu mengelola stres dan menjaga keseimbangan emosionalnya, sehingga lebih tangguh menghadapi tantangan kehidupan. Faktor-faktor seperti dukungan sosial, kemampuan mengelola emosi, dan pola pikir positif berperan besar dalam membangun resiliensi.

Berdasarkan data UNICEF, diperkirakan terdapat lebih dari 1 dari 7 remaja berusia 10-19 tahun di dunia yang hidup dengan diagnosis gangguan mental. Setiap tahun, tindakan bunuh diri merenggut nyawa hampir 46.000 anak muda dan tindakan ini adalah satu dari lima penyebab utama kematian pada kelompok usia tersebut.

Artikel ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara kesehatan mental dan resiliensi pada remaja, serta menggali strategi yang dapat membantu mereka mengembangkan kemampuan adaptasi yang lebih baik dalam menghadapi stres. Dengan pemahaman yang lebih mendalam, diharapkan intervensi yang lebih efektif dapat dirancang untuk mendukung kesejahteraan psikologis generasi muda.

Masa remaja adalah salah satu fase paling penting dalam kehidupan seseorang. Pada tahap ini, remaja mengalami banyak perubahan, baik fisik, emosional, maupun sosial. Namun, perubahan yang cepat ini sering kali disertai dengan tantangan yang dapat memengaruhi kesehatan mental mereka. Sayangnya, banyak orang tua, guru, dan masyarakat yang belum sepenuhnya menyadari pentingnya menjaga kesehatan mental remaja.

Apa Itu Kesehatan Mental?

Menurut WHO, kesehatan mental adalah kondisi sejahtera seseorang, ketika seseorang menyadari kemampuan dirinya, mampu untuk mengelola stres yang dimiliki serta beradaptasi dengan baik, dapat bekerja secara produktif, dan berkontribusi untuk lingkungannya. Kesehatan mental merupakan dasar yang penting bagi seseorang karena kesehatan mental akan memengaruhi bagaimana seseorang memandang dirinya, lingkungan, dan memahami lingkungan sekitar.

Kesehatan mental adalah keadaan di mana seseorang merasa sehat secara emosional, psikologis, dan sosial. Hal ini mencakup kemampuan seseorang untuk menghadapi tekanan hidup, menjalin hubungan yang baik, dan membuat keputusan yang sehat. Ketika kesehatan mental terganggu, remaja bisa mengalami gangguan seperti stres, kecemasan, atau depresi.

Faktor Penyebab Gangguan Mental pada Remaja

  1. Tekanan Akademik
    Tuntutan untuk mendapatkan nilai bagus atau masuk sekolah dan perguruan tinggi favorit dapat menyebabkan stres berlebihan. Kompetisi yang tinggi tanpa diimbangi resiliensi pada remaja bisa mengakibatkan stres dan depresi.

  2. Pengaruh Media Sosial
    Media sosial sering kali memicu perbandingan diri dengan orang lain, yang dapat menurunkan rasa percaya diri. Screen time yang tinggi, rasa kesepian, dan kurangnya interaksi di dunia nyata bisa mempengaruhi kesehatan mental pada remaja

  3. Masalah Hubungan
    Konflik dengan teman, keluarga, atau pasangan juga dapat menjadi pemicu stres. Hubungan interpersonal bisa mengakibatkan masalah gangguan mental.

     

  4. Perubahan hormon
    selama masa pubertas dapat memengaruhi suasana hati remaja. Di luar tekanan dari luar dirinya, remaja juga sedang mengalami perubahan hormon yang meningkatkan rasa kecemasan dalam dirinya.

  5. Lingkungan
    Lingkungan yang tidak mendukung, seperti keluarga yang tidak harmonis atau bullying di sekolah, dapat memperburuk kesehatan mental.

Tanda-tanda Gangguan Kesehatan Mental pada Remaja

Sebagai orang tua dan guru, penting mengenali gejala gangguan kesehatan mental pada remaja, sehingga mengambil tindakan preventif atau konsultasi kepada profesional. Apa saja tanda-tanda gangguan kesehatan mental pada remaja : 

  • Perubahan mood yang drastis
  • Penurunan minat pada aktivitas yang sebelumnya disukai
  • Prestasi akademik menurun
  • Kesulitan tidur atau pola tidur yang tidak teratur
  • Menarik diri dari lingkungan sosial
  • Pikiran atau tindakan melukai diri sendiri (self harm)

Cara Mendukung Kesehatan Mental Remaja

  1. Mendengarkan dengan Empati
    Biarkan mereka berbicara tentang apa yang dirasakan tanpa menghakimi.

  2. Memberikan Dukungan Emosional
    Pastikan mereka tahu bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi masalah.

  3. Mendorong Aktivitas Positif 

    Ajak remaja untuk mengikuti kegiatan yang dapat meningkatkan suasana hati, seperti olahraga, seni, atau hobi lainnya.

  4. Mengurangi Tekanan
    Jangan terlalu memaksakan tuntutan akademik atau sosial.

  5. Cari Bantuan Profesional
    Jika masalah kesehatan mental tampak serius, konsultasikan dengan psikolog atau psikiater.

     

Masa remaja merupakan periode kritis dalam perkembangan manusia yang ditandai oleh perubahan signifikan, baik secara fisik, emosional, maupun sosial. Pada fase ini, remaja sering menghadapi berbagai tantangan yang dapat memengaruhi kesehatan mental mereka. Salah satu kemampuan kunci yang dapat membantu remaja melewati tantangan ini adalah resiliensi, yaitu kemampuan untuk bangkit dan beradaptasi di tengah tekanan atau kesulitan.

Apa Itu Resiliensi?

Resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk pulih dan tetap berfungsi secara optimal meskipun menghadapi tantangan besar atau situasi yang penuh tekanan. Pada remaja, resiliensi dapat membantu mereka mengatasi masalah sehari-hari, seperti konflik dengan teman, kegagalan akademik, atau tekanan dari lingkungan sosial. Resiliensi bukanlah sifat bawaan, melainkan kemampuan yang dapat dikembangkan melalui dukungan yang tepat dan pembelajaran dari pengalaman.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Resiliensi pada Remaja

  1. Hubungan Keluarga yang Kuat
    Interaksi yang positif dengan orang tua atau anggota keluarga lainnya memberikan rasa aman dan dukungan emosional.
  2. Lingkungan Sosial yang Mendukung
    Kehadiran teman dan komunitas yang suportif membantu remaja merasa diterima dan dihargai.
  3. Keseimbangan Emosional
    Kemampuan untuk mengelola emosi secara efektif merupakan dasar dari resiliensi.
  4. Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan
    Kemampuan ini memungkinkan remaja menghadapi tantangan dengan cara yang konstruktif.
  5. Makna Hidup dan Tujuan
    Keyakinan bahwa hidup memiliki tujuan dan arti dapat memberikan motivasi untuk terus berjuang meskipun menghadapi kesulitan.
  6. Keterampilan Komunikasi yang Baik
    Kemampuan untuk mengekspresikan diri secara jelas dan efektif membantu remaja mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan. Tingginya penggunaan komunikasi vitual, menurunkan kemampuan anak dalam bersosialisasi dan berkomunikasi di dunia nyata. Remaja terkadang mengalami kesepian, padahal berada di sekitar orang-orang terdekatnya.
  7. Kesehatan Fisik
    Tubuh yang sehat melalui pola makan seimbang, olahraga, dan tidur yang cukup dapat memperkuat kemampuan remaja menghadapi tekanan.

Kiat-kiat meningkatkan resiliensi pada remaja

  1. Membantu Remaja Mengembangkan Kemampuan Mengelola Emosi
  • Pengenalan Emosi
    Ajarkan remaja untuk mengenali emosi mereka sendiri, baik yang positif maupun negatif. Langkah pertama dalam membangun resiliensi adalah menyadari perasaan tanpa menghakiminya.
  • Ekspresi Emosi yang Sehat
    Dorong remaja untuk menyalurkan emosinya dengan cara yang konstruktif, seperti berbicara dengan seseorang yang mereka percayai atau menuliskannya dalam jurnal.

2. Memperkuat Rasa Percaya Diri dan Harga Diri

  • Penghargaan atas Usaha
    Fokus pada proses, bukan hasil. Apresiasi atas usaha yang mereka lakukan dapat meningkatkan rasa percaya diri.
  • Membangun Kompetensi
    Libatkan remaja dalam aktivitas yang mereka kuasai atau sukai. Keberhasilan kecil dalam bidang tertentu dapat menjadi motivasi untuk mencoba hal-hal baru.
  • Mendorong Kemandirian
    Beri mereka tanggung jawab yang sesuai dengan usia, seperti mengatur waktu belajar atau mengambil keputusan sederhana.

3. Memberikan Dukungan Sosial yang Kuat

  • Komunikasi Terbuka dengan Keluarga
    Ciptakan suasana rumah yang aman untuk berdiskusi. Remaja yang merasa didengar dan dipahami oleh keluarga lebih mampu menghadapi tantangan.
  • Membangun Hubungan Positif dengan Teman
    Ajak remaja untuk bergabung dalam komunitas yang mendukung, seperti organisasi sekolah atau kelompok hobi. Teman yang suportif dapat menjadi sumber kekuatan.
  • Mentor atau Figur Panutan
    Remaja yang memiliki mentor atau sosok panutan sering kali merasa lebih terarah dalam menghadapi masalah.

4. Mengajarkan Pola Pikir Positif dan Fleksibel

  • Mengubah Perspektif
    Ajarkan remaja untuk melihat masalah sebagai tantangan yang dapat diatasi, bukan hambatan yang tak terpecahkan.
  • Latihan Rasa Syukur
    Biasakan mereka untuk mencatat hal-hal yang mereka syukuri setiap hari. Ini membantu mereka fokus pada hal-hal positif.
  • Penerimaan terhadap Kegagalan
    Bantu mereka memahami bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar, bukan akhir dari segalanya.

5. Mengembangkan Keterampilan Pemecahan Masalah

  • Identifikasi Masalah
    Ajarkan remaja untuk mengenali akar penyebab masalah, bukan hanya gejalanya.
  • Menyusun Rencana
    Bimbing mereka untuk membuat langkah-langkah konkret dalam menyelesaikan masalah. Misalnya, jika mereka kesulitan dalam belajar, buat jadwal belajar yang terstruktur.
  • Evaluasi Hasil
    Setelah mencoba solusi, ajak mereka untuk merefleksikan apa yang berhasil dan apa yang perlu diperbaiki.

6. Menjaga Kesehatan Fisik dan Pola Hidup Sehat

  • Olahraga Teratur
    Dorong remaja untuk melakukan aktivitas fisik seperti berlari, berenang, atau yoga. Aktivitas ini tidak hanya meningkatkan kesehatan fisik tetapi juga membantu mengurangi stres.
  • Pola Tidur yang Baik
    Remaja membutuhkan tidur sekitar 8-10 jam per malam untuk menjaga keseimbangan emosi dan konsentrasi.
  • Nutrisi Seimbang
    Pastikan mereka mengonsumsi makanan bergizi yang mendukung fungsi otak dan tubuh, seperti sayuran, buah-buahan, protein, dan karbohidrat kompleks.

7. Mendorong Spiritualitas atau Pencarian Makna Hidup

  • Refleksi Diri
    Dorong remaja untuk merenungkan nilai-nilai atau tujuan hidup mereka. Hal ini dapat membantu mereka merasa lebih bermakna meski menghadapi tekanan.
  • Kegiatan Keagamaan
    Aktivitas seperti doa atau menghadiri kegiatan keagamaan dapat memberikan ketenangan batin dan rasa koneksi bagi remaja. 
  • Keterlibatan Sosial
    Ajak mereka berpartisipasi dalam kegiatan sosial atau kerja sukarela, yang dapat membantu mereka merasa bermanfaat bagi orang lain.

8. Pendidikan dan Pelatihan Resiliensi

  • Workshop Resiliensi
    Banyak sekolah atau komunitas yang menawarkan pelatihan untuk mengajarkan remaja cara mengelola stres dan membangun ketahanan.
  • Pendidikan Sosial-Emosional
    Integrasikan pembelajaran tentang pengelolaan emosi, komunikasi, dan hubungan sosial dalam kurikulum sekolah.
  • Simulasi Tantangan
    Bantu remaja mempersiapkan diri dengan memberikan simulasi situasi sulit, seperti latihan pengambilan keputusan, yang dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka.

9. Orang tua perlu memperhatikan kesehatan mental mereka sendiri 

Anak-anak lebih memperhatikan apa yang dilakukan orang tua daripada apa yang dikatakan orang tua. Jika Anda jelas-jelas berjuang melawan kecemasan atau depresi, dan tidak melakukan apa pun untuk mengatasinya, hal itu akan memberikan pesan yang salah kepada anak-anak Anda. Hal itu juga akan mempersulit Anda untuk menjadi orang tua yang baik.

Dengan menerapkan kiat-kiat di atas, remaja akan lebih mampu menghadapi tekanan hidup dengan sikap yang tangguh dan optimis. Resiliensi tidak hanya membantu mereka bertahan dalam situasi sulit tetapi juga memberikan landasan untuk berkembang menjadi individu yang lebih kuat dan percaya diri.

Kesimpulan

Kesehatan mental pada remaja adalah aspek yang tidak boleh diabaikan. Dengan memahami faktor penyebab, mengenali tanda-tanda gangguan, dan memberikan dukungan yang tepat, kita dapat membantu remaja menjalani masa-masa penting dalam hidup mereka dengan lebih sehat dan bahagia. Ingat, mendukung kesehatan mental remaja bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi juga tanggung jawab kita semua sebagai bagian dari masyarakat.

Kesehatan mental dan resiliensi pada remaja adalah dua aspek yang saling terkait dan sangat penting untuk mendukung perkembangan mereka menuju kedewasaan. Dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan mental dan strategi untuk meningkatkan resiliensi, kita dapat membantu remaja menjadi individu yang lebih kuat, adaptif, dan siap menghadapi tantangan kehidupan. Investasi dalam kesehatan mental dan resiliensi remaja bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab kolektif masyarakat.

Dengan menerapkan kiat-kiat di atas, remaja akan lebih mampu menghadapi tekanan hidup dengan sikap yang tangguh dan optimis. Resiliensi tidak hanya membantu mereka bertahan dalam situasi sulit tetapi juga memberikan landasan untuk berkembang menjadi individu yang lebih kuat dan percaya diri.

Bagi Sahabat yang tertarik melakukan penelitian tentang mental health dan resiliensi remaja menghadapi stres bisa membaca buku Metode MSD Pintu Gerbang Memahami Epidemiologi, Biostatistik, dan Metode Penelitian by M Sopiyudin Dahlan MSD  sebagai acuan dalam metode penelitian.

Referensi:

  1. https://www.paho.org/en/topics/mental-health
  2. https://www.unicef.org/indonesia/mental-health/article/supporting-your-teens-mental-health
  3. https://www.health.harvard.edu/blog/the-mental-health-crisis-among-children-and-teens-how-parents-can-help-202203082700
  4. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/362/mengenal-pentingnya-kesehatan-mental-pada-remaja
  5. https://www.halodoc.com/artikel/ini-6-gangguan-mental-yang-muncul-di-masa-remaja
  6. https://www.alodokter.com/6-cara-membangun-resiliensi-agar-punya-mental-yang-kuat
  7. https://hellosehat.com/mental/mental-lainnya/resiliensi/
  8. https://www.kompas.com/edu/read/2022/10/12/061500171/jaga-kesehatan-mental-remaja-psikiater–orangtua-wajib-hadir-secara-fisik