Sejarah Edward Jenner : Penemu Vaksin Pertama

Ditulis Oleh: Tim Redaksi MSD

Hai sahabat peneliti, di era pandemi ini peneliti dari seluruh dunia berbondong-bondong untuk menemukan vaksin untuk virus COVID-19. Vaksin telah digunakan untuk mencegah penyakit selama ratusan tahun lamanya, penyakit yang dapat dicegah seperti cacar (smallpox), polio, campak, mumps, rubella dan banyak lagi penyakit lainnya. Vaksin berasal dari kata “vacca” yang merupakan Bahasa latin yang memiliki arti sapi. Vaksin pertama kali ditemukan oleh Edward Jenner, seorang dokter di Inggris, bagaimanakah sejarah penemuan vaksin? dan bagaimana kisah Edward Jenner dalam menemukan vaksin pertama?

Sejarah Kehidupan Awal Edward Jenner

Sejarah Edward Jenner bermula pada hari kelahirannya pada tanggal 17 Mei 1749 di Berkeley, Gloucestershire, Inggris sebagai anak kedelapan dari sembilan bersaudara. Ayahnya, Pendeta Stephen Jenner, adalah pendeta dari Berkeley, sehingga Jenner menerima pendidikan dasar yang cukup baik. Jenner bersekolah di Sekolah Katherine Lady Berkeley dan di Cirencester. Pada saat ia bersekolah, Jenner pernah terkena cacar (smallpox), dan akhirnya sembuh selama beberapa waktu. Pada usia 14 tahun, dia magang selama tujuh tahun kepada Daniel Ludlow, seorang ahli bedah di Chipping Sodbur, Gloucestershire Selatan, di mana dia memperoleh sebagian besar pengalaman yang dibutuhkan untuk menjadi seorang ahli bedah mandiri. Di tahun 1770, pada usia 21, Jenner magang di bidang bedah dan anatomi di bawah bimbingan ahli bedah John Hunter di Rumah Sakit St George, London. Setelah selesai magang, Jenner kembali ke pedesaan asalnya pada tahun 1773, Jenner menjadi dokter keluarga dan ahli bedah yang sukses, berpraktik di tempat khusus di Berkeley.

Sejarah Penemuan Vaksin oleh Edward Jenner

Sejarah penemuan vaksin, bermula pada ketertarikan Edward Jenner pada efek perlindungan cacar sapi (cowpox) selama magang dengan George Harwicke di tahun 1796. Selama bertahun-tahun, dia telah mendengar cerita bahwa para pemerah susu terlindungi dari cacar (smallpox) secara alami setelah menderita cacar sapi (cowpox). Memikirkan hal ini, Jenner menyimpulkan bahwa cacar sapi tidak hanya melindungi dari cacar (smallpox) tetapi juga dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain sebagai mekanisme perlindungan yang disengaja. Pada Mei 1796, Edward Jenner menemukan seorang gadis pemerah susu, Sarah Nelms, yang memiliki lesi cacar sapi segar di tangan dan lengannya. Pada 14 Mei 1796, dengan menggunakan pus dari lesi Nelms, ia menginokulasi anak laki-laki berusia 8 tahun, James Phipps. Selanjutnya, anak itu mengalami demam ringan dan rasa tidak nyaman di ketiak. Sembilan hari setelah prosedur, dia merasa kedinginan dan kehilangan nafsu makan, tetapi pada hari berikutnya dia jauh lebih baik. Pada Juli 1796, Jenner menyuntik bocah itu lagi, kali ini dengan materi dari lesi cacar (smallpox). Prosedur ini tercatat sebagai prosedur uji klinis vaksin yang paling pertama dan sederhana. Hasilnya ialah tidak ada penyakit yang berkembang, dan Jenner menyimpulkan bahwa anak tersebut telah memiliki perlindungan dari smallpox.

Pada 1797 sejarah publikasi Edward Jenner pada vaksin dimulai, Jenner mengirim tulisan singkatnya ke Royal Society yang menjelaskan eksperimen dan pengamatannya. Namun, makalah itu ditolak. Kemudian pada tahun 1798, setelah menambahkan beberapa kasus lagi pada percobaan awalnya, Jenner secara pribadi menerbitkan sebuah booklet kecil berjudul An Enquiry into the Causes and Effects of Variolae Vaccinae, penyakit yang ditemukan di beberapa negara bagian barat Inggris, khususnya Gloucestershire dan diketahui dengan nama Cacar Sapi. Kata Latin untuk sapi adalah vacca, dan cacar sapi adalah vaccinia; Jenner memutuskan untuk menyebut prosedur ini bernama “Vaksinasi”. Publikasi dilanjutkan pada tahun 1798 yang memiliki tiga bagian. Pada bagian pertama Jenner memaparkan pandangannya tentang asal mula cacar sapi sebagai penyakit kuda yang ditularkan ke sapi. Teori itu didiskreditkan selama masa hidup Jenner. Dia kemudian mempresentasikan hipotesis bahwa infeksi cacar sapi melindungi terhadap infeksi cacar (smallpox). Bagian kedua berisi observasi kritis yang relevan dengan pengujian hipotesis. Bagian ketiga adalah diskusi panjang lebar, sebagian polemik, tentang temuan dan berbagai isu terkait cacar (smallpox).

Setelah publikasinya, sejarah perkembangan vaksin terus menyebar, di London vaksinasi menjadi populer melalui penggunaannya yang direkomendasi oleh beberapa dokter, terutama ahli bedah Henry Cline, yang telah diberikan beberapa inokulan oleh Jenner. Kemudian pada tahun 1799, Drs. George Pearson dan William Woodville mulai mendukung vaksinasi di antara pasien mereka. Edward Jenner melakukan survei nasional untuk mencari bukti resistensi terhadap cacar atau variolasi di antara orang yang menderita cacar sapi, hasil survei ini menguatkan teorinya. Penggunaan vaksinasi menyebar dengan cepat di Inggris, dan pada tahun 1800, vaksinasi juga telah mencapai sebagian besar negara Eropa. Manfaat vaksinasi yang luar biasa diakui secara terbuka di Inggris, pada tahun 1802 Parlemen Inggris memberi Edward Jenner sejumlah £ 10.000. Lima tahun kemudian Parlemen memberinya £ 20.000 lebih. Setelah berhasil di Eropa, vaksinasi pun terus menyebar ke seluruh dunia, dan memberikan pintu kepada ilmuan terkenal lainnya, seperti Louis Pasteur (penemu vaksin antraks dan rabies) dan beberapa ilmuan lainnya untuk menemukan vaksin untuk mencegah penyakit lainnya.

Setelah Membaca Sejarah Edward Jenner, Tertarikkah Sahabat Dengan Uji Klinis?

Nah bagaimana sahabat sudah tahu kan mengenai sejarah Edward Jenner dan kisahnya dalam menemukan vaksin pertama, sangat menarik bukan? Walaupun vaksin pertama telah ditemukan sejak lebih dari 200 tahun yang lalu, penelitian vaksin terus berkembang sampai sekarang. Pengujian vaksin untuk manusia juga tidak lagi sesederhana pada saat uji klinis yang dilakukan oleh Edward Jenner, melainkan melalui beberapa tahap uji klinis yang rumit dan memakan waktu yang lama. Jika sahabat tertarik membaca lebih lanjut mengenai tahap uji klinis vaksin, sahabat bisa membaca artikel di website kami dengan judul “Memahami Tahapan Uji Klinis” atau mengikuti e-course uji klinis secara gratis.

Source : Riedel S. (2005). Edward Jenner and the history of smallpox and vaccination. Proceedings (Baylor University. Medical Center), 18(1), 21–25.

https://doi.org/10.1080/08998280.2005.11928028