Tiga “Cardinal Signs” Research Misconduct yang Pantang Dilakukan Peneliti

Ditulis Oleh : Tim Redaksi MSD

Sebuah jurnal menelusuri 2.047 artikel penelitian biomedis yang diindeks oleh PubMed sebagai jurnal retraksi. Hasilnya menunjukkan bahwa hanya 21,3% dari retraksi tersebut yang disebabkan oleh error. Sebaliknya, 67,4% retraksi disebabkan oleh berbagai research misconduct, termasuk penipuan (fraud) atau dugaan penipuan, duplikasi, dan plagiarisme.

Tercengangkah Sahabat membaca hasil investigasi diatas? Cukup mengkhawatirkan bahwa lebih dari setengah publikasi yang diretraksi tersebut diakibatkan oleh research misconduct. Sudah tahukah Sahabat jenis-jenis research misconduct yang pantang dilakukan oleh peneliti?

Seperti yang terlihat di gambar di bawah, National Science Foundation Amerika Serikat mengklasifikasikan research misconduct menjadi tiga jenis, yaitu falsification, fabrication, dan plagiarism. Sebagai satu contoh untuk research misconduct yang baru saja terjadi adalah sebuah retraksi publikasi menghebohkan yang dilakukan oleh dua jurnal kenamaan, yaitu Lancet dan JAMA. Kedua jurnal tersebut meretraksi sebuah publikasi terkait efektivitas obat anti-malaria, hidroksiklorokuin, dalam pengobatan coronavirus disease 19 (COvid-19) karena kredibilitas datanya dipertanyakan.

Jenis Research Misconduct Satu: Falsification

Falsification atau pemalsuan adalah perubahan atau penghilangan hasil penelitian (data) untuk mendukung klaim, hipotesis, dll. Pemalsuan dapat berupa manipulasi instrumentasi, bahan, atau proses penelitian. Menurut seorang Chief Editor jurnal, jenis research misconduct ini sangat sulit dideteksi, dan tidak diketahui prevalensi kejadiannyanya. Praktik misconduct ini juga dapat sangat samar, akibat manipulasi oleh peneliti atau pada tingkat yang lebih rendah, oleh manajer data atau asisten laboratorium yang mencoba menyenangkan atasan mereka.

Jenis Research Misconduct Dua: Fabrication

Fabrication adalah konstruksi dan / atau penambahan data, observasi, atau karakterisasi yang tidak pernah terjadi dalam pengumpulan data atau jalannya eksperimen. Sahabat  mungkin berpikir bahwa jenis research misconduct ini sangat mengerikan sehingga tidak ada yang mau mengambil risiko, tetapi ternyata tidak. Masih bersumber dari Chief Editor jurnal sebelumnya, dikatakan bahwa pada beberapa kesempatan, mereka menerima informasi dari rekan penulis / coauthor atau anggota tim peneliti tentang potensi pemalsuan data.

Jenis Research Misconduct Tiga: Plagiarism

Plagiarisme mungkin merupakan jenis research misconduct yang paling umum. Peneliti harus berhati-hati dalam mengutip semua sumber dan membuat catatan yang cermat. Menggunakan atau merepresentasikan karya orang lain sebagai karya sendiri merupakan plagiarisme, meskipun dilakukan secara tidak sengaja. Ini adalah masalah yang kompleks dengan zona abu-abu yang luas. Dalam bentuknya yang paling dasar dan ekstrim, jenis research misconduct ini dapat berupa menyalin secara kasar tanpa  melakukan referensi terhadap tulisan orang lain. Yang lebih umum terjadi, seorang peneliti melakukan penelitian yang tidak orisinal dan menggunakan kata-kata yang diterbitkan dari orang lain untuk menggambarkannya. Seringkali, satu bagian tulisan, misalnya pendahuluan dan pembahasan, disalin secara utuh.

Semoga tulisan ini menginspirasi Sahabat untuk menghindari segala jenis research misconduct. Untuk menambah wawasan Sahabat mengenai praktik klinis dan penulisan yang baik, silakan unduh ebook gratis dari Epidemiologi Indonesia dan mengikuti i-workshop Good Clinical Practice.